Profesi juru parkir mungkin biasa dijumpai oleh kalangan pengendara roda dua dan empat. Namun, peran juru parkir juga penting dalam dunia penerbangan. Bicara tentang dunia penerbangan, ada banyak profesi di dalamnya dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing, salah satunya adalah marshaller.
Istilah marshaller mungkin masih asing bagi sebagian masyarakat. Namun, tahukah Anda bahwa pesawat juga membutuhkan seorang juru parkir? Secara sederhana, marshaller bisa diartikan sebagai juru parkir pesawat terbang.
Jika Anda pernah melihat petugas bandara yang memakai penutup telinga, rompi keselamatan, dan menggunakan tongkat seperti raket bola pingpong yang berwarna merah dan sejenisnya atau tongkat Flash Light di apron, petugas tersebut dinamakan marshaller.
Di unit penyelenggara bandar udara (UPBU) Budiarto, kegiatan Marshalling biasa dilakukan oleh petugas Apron Movement Control (AMC) dan taruna / siswa sekolah penerbangan.
Sekedar informasi, sekolah penerbangan yang saat ini berada di UPBU Budiarto adalah Politeknik Penerbangan Indonesia Curug (PPIC), Nusa Flying Institute (NFI), Aero Flyer Indonesia (AFI), dan Global Aviation Flight School (GAFS).
Pesawat latih dari seluruh sekolah penerbangan tersebut parkir dan melakukan kegiatannya di Apron Alpha (Apron A) yang mempunyai ukuran dimensi 438 M x 58 M dengan luas 25.404 M2 dan memiliki kapasitas 44 parking stand untuk tipe pesawat Cessna dan Senecca dengan sistem parkir parallel, yaitu sistem parkir yang sejajar dengan Terminal.
Pengertian dari Apron adalah suatu area yang telah ditentukan di sebuah bandar udara, yang diperuntukkan untuk mengakomodasi pesawat udara dalam menaikkan atau menurunkan penumpang, pos atau kargo, parkir atau pemeliharaan minor pesawat udara.
Apa Saja Tugas Marshaller dan Fungsinya?
Mengutip penjelasan dari berbagai sumber informasi yang ada, tugas utama seorang marshaller adalah memarkir pesawat. Ia bertugas memandu pilot dengan memberikan aba-aba atau sinyal visual untuk memarkir pesawat yang mendarat di landasan pacu. Seperti diketahui, pilot akan berkoordinasi dengan sejumlah petugas bandara saat akan melakukan pendaratan.
Mengingat para pilot tidak bisa melihat jalur parkir dari dalam cockpit pesawat, mereka perlu bantuan dari seorang marshaller. Marshaller akan memandu pilot dan berkomunikasi menggunakan aba-aba visual berupa gerakan tangan. Marshaller harus memberikan arahan yang tepat agar pesawat bisa parkir atau berhenti di tempat yang telah ditentukan oleh unit Apron Movement Control (AMC). Marshaller akan standby di parking stand pesawat udara 15 menit sebelum pesawat landing dan bersiap memberikan aba-aba ke arah pesawat yang baru tiba di taxiway, yaitu jalan penghubung bagi pesawat dari runway (landas pacu pesawat udara) ke apron.
Begitu pesawat memasuki area apron dan menuju parking stand, marshaller akan memberikan isyarat tangan untuk memandu pilot sampai pesawat berhenti di parking stand.
Dalam memberikan aba-aba tersebut, terdapat sejumlah isyarat tangan yang harus dilakukan marshaller dalam memberikan instruksi kepada pilot. Instruksi tersebut bermacam-macam, mulai dari aba-aba untuk memberikan informasi posisi parking stand yang akan digunakan , instruksi untuk terus berjalan yang biasa disebut move a head, instruksi untuk belok kanan dan kiri, aba-aba untuk berjalan pelan, hingga perintah untuk berhenti dan mematikan mesin.
Berikut penjelasan istilah instruksi atau aba- aba yang dilakukan oleh marshaller kepada pilot dan diperagakan oleh petugas Apron Movement Control (AMC) UPBU Budiarto, yaitu :
Say Hello
Istilah Say Hello adalah aba-aba dimana Marshaller memberikan informasi kepada pilot mengenai posisi ia berdiri dan parking stand yang akan digunakan.
This Bay
Adalah aba-aba dimana marshaller memberikan informasi tempat / parking stand kepada pilot yang akan digunakan pesawat udara untuk parkir. Gerakan tangan yang digunakan adalah dengan cara meluruskan tangan kanan keatas kepala dan tangan kiri kedepan sejajar dengan bahu.
Move a Head (Jalan terus)
Instruksi ini digunakan untuk memberikan infromasi kepada pilot untuk tetap menjalankan pesawat udara dan dalam keadaan lurus dengan apron line (garis apron). Gerakan tangan yang digunakan adalah dengan cara merentangkan tangan sejajar dengan bahu, dan menggerakan bagian tangan dari sikut hingga telapak tangan yang memegang Marshalling Bat / Flash Light ke atas dan kebawah secara konstan diatas bahu.
Turn Right / Turn Left
Instruksi ini adalah untuk memberikan informasi kepada pilot untuk membelokan pesawatnya ke kiri atau ke kanan, agar sejajar dan lurus dengan garis apron dan posisi marshaller. Gerakan ini dilakukan dengan cara merentangkan kedua tangan sejajar dengan bahu, dan menggerakan bagian tangan dari sikut hingga telapak tangan yang memegang Marshalling Bat / Flash Light ke atas dan kebawah secara perlahan. Jika instruksi belok ke kanan, maka tangan marshaller yang bergerak adalah tangan kanan. Bila instruksi belok ke kiri, maka tangan yang bergerak adalah tangan kiri.
Slow down
Instruksi Slow down adalah aba-aba untuk memberitahu pilot dimana stopline sudah dekat dengan roda depan pesawat. Gerakan tangan yang digunakan adalah dengan cara merentangkan tangan sejajar dengan bahu, dan menggerakan bagian tangan dari sikut hingga telapak tangan yang memegang Marshalling bat / Flashlight ke atas dan kebawah secara perlahan dibawah bahu.
Stop
Instruksi stop adalah aba-aba untuk memberitahu pilot dimana roda depan pesawat telah berada di stopline. Gerakan tangan yang digunakan adalah dengan cara mengangkat kedua tangan dan menyilangkan Marshalling Bat / Flash Light ke atas kepala.
Hand Breake
Untuk memberitahu pilot untuk mengerem pesawat udara. Agar pesawat udara tidak bergerak dan menunggu petugas ground handling memasang wheelchock. Gerakan tangan yang dilakukan adalah dengan cara mengangkat dan mengepalkan tangan kanan keatas.
Insert Wheel Chock
Insert Wheel Chock adalah aba-aba untuk memberitahu pilot bahwa sedang dilakukan pemasangan wheelchock yang dilakukan oleh petugas ground handling. Gerakan tangan yang dilakukan adalah dengan cara mengangkat kedua tangan keatas kepala dan menempelkan Marshalling bat / Flashlight.
Release Breake
Untuk memberitahu pilot untuk melepaskan rem pesawat udara, karena wheelchock sudah terpasang di roda pesawat udara. . Gerakan tangan yang dilakukan adalah dengan cara mengangkat dan membuka kepalan tangan kanan keatas.
Cut engine
Instruksi Cut engine adalah perintah untuk pilot mematikan mesin pesawat udara. Gerakan tangan yang dilakukan adalah dengan cara mengangkat d tangan kanan ke depan leher dan menggerakan telapak tangan kesamping.
All Clear
Aba-aba all clear adalah memberitahu bahwa kegiatan pemarkiran pesawat telah selesai dilakukan. Gerakan yang dilakukan adalah dengan melambaikan tangan atau mengacungkan jempol ke pilot.
Dalam menjalankan tugasnya seorang Marshaller pun harus memakai Alat Pelindung Diri (APD), yaitu :
- Rompi
Kegunaan rompi adalah untuk membedakan antara petugas Ground Handing / Bandar Udara dengan penumpang.
- Earmuff
Penutup telinga atau earmuff adalah pelindung telinga yang menutupi semua bagian telinga. Terbuat dari bahan yang dilapisi plastik atau bahan yang lunak dan lembut sehingga dapat menurunkan insensitas kebisingan yang masuk ke telinga.
- Kacamata / Face Shield
Untuk melindungi mata dari silau terik matahari dan “kelilipan” maka petugas marshaller sangat dianjurkan untuk menggunakan kacamata / face shield.
- Jas Hujan
Pada saat kondisi sedang hujan, petugas marshaller harus tetap menjalankan tugasnya sehingga diharuskan memakai jas hujan yang berwarna terang agar terlihat secara jelas oleh pilot.
- Safety Shoes
Penggunaan Safety Shoes harus dipakai seseorang dan marshaller saat memasuki sisi udara untuk menghindari bahaya dari FOD (Foreign Object Damage).
- Gloves
Fungsi dari Gloves atau sarung tangan adalah agar telapak tangan tidak licin saat memegang marshalling bat / flashlight.
Dari penjelasan tersebut terdapat tiga fungsi utama dari seorang marshaller. Pertama, mencegah kecelakaan pesawat dengan memastikan bahwa parking stand (tempat parkir pesawat) yang digunakan telah steril dan aman dari FOD (Foreign Object Damage) dan GSE (Ground Support Equipment) yang berada di area parking stand.
Kedua, memastikan sayap pesawat udara yang akan parkir tidak bertabrakan dengan sayap pesawat udara yang berada disebelahnya .
Ketiga, memastikan pesawat terparkir dengan sempurna dan menyesuaikan dengan garbarata (jika di Bandar Udara tersebut terdapat garbarata) .
Dengan 3 fungsi di atas, maka bisa dipastikan bahwa tugas marshaller tidaklah mudah. Profesi ini bahkan terbilang sangat menantang, bukan hanya karena tanggung jawabnya yang besar, tetapi juga resikonya yang tinggi.
Salah satu tantangan terberat seorang marshaller adalah ketika sedang bertugas saat cuaca buruk. Ketika terjadi cuaca buruk, penglihatan dan jarak pandang di bandara akan terbatas. Sedangkan marshaller harus tetap melaksanakan tugasnya dengan sempurna.
Itulah mengapa perekrutan marshaller tidak bisa sembarangan. Seseorang yang ingin jadi marshaller harus menempuh pendidikan di institusi khusus penerbangan, mengikuti diklat ataupun pelatihan, hingga memiliki sertifikat kompetensi atau lisensi resmi yang diterbitkan oleh Direktorat Bandar Udara (DBU) yang mempunyai masa berlaku 2 tahun.
Dari semua penjelasan diatas, apakah anda tertarik menjadi seorang marshaller?